MAKALAH Z-SCORE
PENDAHULUAN..
Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat
esensial yang harus diwaspadai oleh perusahaan. Karena jika perusahaan sudah
terkena bangkrut, maka perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan
usaha. Untuk itu perusahaan harus sedini mungkin melakukan berbagai analisis
terutama analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan. Dengan analisis ini
maka sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan antisipasi yang
diperlukan.
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh
peringatan awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut,
semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan
perbaikan-perbaikan, agar kebangkrutan tersebut benar-benar tidak terjadi pada
perusahaan dan perusahaan dapat mengantisipasi atau membuat strategi untuk
menghadapi jika kebangkrutan benar-benar menimpa perusahaan.
Berbagai analisis dikembangkan untuk memprediksi
awal kebangkrutan perusahaan. Analisis yang banyak digunakan saat ini adalah
analisis diskriminan Altman dimana analisis ini mengacu pada rasio-rasio
keuangan perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara
suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat
analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
analisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan
terutama apabila angka rasio itu dibandingkan dengan angka rasio pembanding
yang digunakan sebagai standart, yang sedang digunakan dalam analisis yaitu
laporan neraca dan laporan rugi laba.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Z-Score
Studi yang dilakukan Altman (1968)
dengan menggunakan Multivariate Discriminant Analysis untuk menentukan
model yang disebut Z-Score, yaitu score dari kombinasi rasio-rasio keuangan
untuk menentukan prediksi kesulitan keuangan perusahaan. Variabel yang
digunakan dalam model meliputi: Working capital to total assets, Retained
earning to total assets, EBIT to total assets, Market value of equity to book
value of total liabilities, Sales to total assets. Kelima rasio yang digunakan
tersebut ternyata bisa digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan.
(Rame,2006).
Analisis Z-Score menurut
Hanafi, Mamduh dan Halim (2003) adalah model prediksi kebangkrutan sudah
dikembangkan ke beberapa Negara. Altman (1983,1984) melakukan survei
model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss,
Brasil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda dan Perancis. Salah satu
masalah yang bisa dibahas adalah apakah ada kesamaan rasio keuangan yang bisa
dipakai untuk prediksi kebangkrutan untuk semua negara, ataukah mempunyai
kekhususan.
Kebangkrutan menurut
kamus ekonomi (2005) adalah kepailitan;
pernyataan tentang ketidakmampuan membayar utang
- utang, sehingga kepemilikan aktiva perusahaan dipindahkan
atau ditransfer dari pemegang saham kepada pemberi utang. Pendapat
yang berbeda diungkapkan oleh Hanafi, Mamduh dan Halim
(2003) dimana kebangkrutan disebut dengan
kesehatan keuangan. Kesehatan keuangan ini digambarkan
dengan adanya dua titik ekstrem yaitu
kesulitan likuiditas jangka pendek (yang
paling ringan) sampai insolvabel
(yang paling parah). Kesulitan
keuangan jangka pendek biasanya
bersifat sementara, tetapi bisa
berkembang menjadi parah. Kesulitan keuangan bisa
dilihat sebagai kontinum yang panjang,
Analisis prediksi kebangkrutan
merupakan analisis yang dapat membantu perusahaan untuk mengantisipasi
kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan yang disebabkan oleh
masalah-masalah keuangan. Metode
Z-Score (Altman) adalah
skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang
akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan (Supardi,
2003:73).
Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa metode
Z-Score (Altman) adalah suatu alat yang memperhitungkan dan
menggabungkan beberapa rasio-rasio keuangan tertentu dalam perusahaan dalam
suatu persamaan diskriminan yang akan menghasilkan skor tertentu yang akan
menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.
B.
Tujuan Analisis Z - Score
Tujuan analisis
z-score adalah untuk mengingatkan akan
masalah keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian
serius dan menyediakan petunjuk untuk bertindak. Hanafi, Mamduh dan Halim
(2003) memberikan beberapa tujuan dari analisis
z-score dilihat dari manfaat informasi kebangkrutan pada beberapa pihak,
yaitu :
- Pemberi pinjaman (seperti pihak bank). Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
- Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan tentunya akan sangat penting untuk meilhat kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut selain itu juga prediksi kebangkrutan ini untuk melihat tanda - tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
- Pihak Pemerintah. Pada sektor usaha, lembaga pemerintahan mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misal sektor perbankan). Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan - tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal
- Akuntan. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
- Manajemen. Kebangkrutan berarti munculnya biaya - biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan – tindakan penghematan bisa dilakukan, misal dengan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.
C.
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya kebangkrutan
Menurut Jauch dan Glueck dalam Adnan (2000:139) faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan adalah :
a. Faktor Umum
1) Sektor ekonomi
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan
dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan
jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam
hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit
dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
2) Sektor sosial
Faktor sosial sangat berpengaruh
terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang
mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan
berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau
kekacauan yang terjadi di masyarakat.
3) Teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga
menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk
pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi
informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak
terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.
4) Sektor pemerintah
Pengaruh
dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan
subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tariff ekspor dan impor barang
berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan
lain-lain.
b. Faktor Eksternal Perusahaan
1) Faktor pelanggan atau nasabah
Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen,
karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan
peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil
penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.
2) Faktor pemasok/kreditur
Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan jangka
waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan kreditor terhadap
kelikuiditasan suatu bank.
3) Faktor pesaing
Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut
perbedaan pemberian pelayanan kepada nasabah, perusahaan juga jangan melupakan
pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima oleh masyarakat
perusahaan tersebut akan kehilangan nasabah dan mengurangi pendapatan yang
diterima.
c. Faktor Internal Perusahaan
Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal menurut
Harnanto dalam Adnan (2000:140) sebagai berikut :
1) Terlalu besarnya kredit yang
diberikan kepada nasabah sehingga akan menyebabkan adanya penunggakan dalam
pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar.
2) Manajemen tidak efisien yang
disebabkan karena kurang adanya kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap
inisiatif dari manajemen.
3) Penyalahgunaan wewenang dan
kecurangan dimana sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak
sekalipun sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.
Manfaat Informasi
Prediksi Kebangkrutan
Secara umum pemakai data informasi
kebangkrutan bank dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu: pemakai
internal adalah pihak manajemen yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan
perusahaan harian (jangka pendek) dan jangka panjang, sedangkan pemakai
eksternal yaitu investor atau calon investor yang meliputi pembeli atau calon
pembeli saham atau obligasi, kreditor atau peminjam dana bank, dan pemakai lain
seperti karyawan, analisis keuangan, pialang saham, supplier, pemerintah
(berkaitan dengan pajak) dan Bapepam (berkaitan dengan perusahaan yang go
publik). Informasi tentang prediksi kebangkrutan suatu perusahaan akan sangat
bermanfaat bagi beberapa kalangan.
Menurut Hanafi (2000:261) informasi
kebangkrutan dapat bermanfaat untuk :
a. Pemberi pinjaman
Informasi kebangkrutan bisa
bermanfaat untuk pengambilan keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan
kemudian bermanfaat untuk mengambil kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
b. Investor
Investor saham atau obligasi yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat
adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat
berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan
model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda–tanda kebangkrutan seawal
mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
c. Pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga
pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi jalannya usaha tersebut.
Pemerintah mempunyai kepentinganuntuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih
awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
d. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan
terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai
kemampuan going concern suatu
perusahaan.
e. Manajemen
Informasi kebangkrutan digunakan
untuk melakukan langkah-langkah preventif sehinggga biaya kebangkrutan bisa
dihindari atau dapat diminimalisir.
Hubungan antara Analisis Diskriminan dengan Penentuan
Kebangkrutan pada Perusahaan
Dengan mengetahui nilai Z, dapat diketahui apakah
perusahaan menghadapi masalah yang serius
atau tidak. Dengan analisis Z score management dapat memprediksikan
bagaimana prospek perusahaan di masa mendatang dalam menjaga kelangsungan hidup
perusahaan dan resiko kegagalan semakin berkurang.
Tujuan menghitung nilai Z adalah memperingatkan
adanya problem keuangan yang membutuhkan perhatian serius dan pengarahan bila
nilai Z lebih rendah dari Z yang diharapkan, maka kita harus memeriksa apa yang
menjadi penyebabnya. Model Z score dapat membantu menganalisis dan mencari-cari
masalah yang potensial dari perusahaan yang akan melakukan merger membantu
pengambilan keputusan pemberi kredit/membantu pengambilan keputusan memberi
kredit/membantu investor untuk memilih saham-saham perusahaan yang mungkin
beresiko.Langkah-langkah untuk mengevaluasi hasil perhitungan nilai Z dapat
dilakukan:
a. Membandingkan nilai Z terakhir dengan nilai Z tahun
sebelumnya jika terjadi penurunan maka
dicari penyebab penurunan nilai tersebut.
b. Mengadakan perbandingan nilai Z perusahaan yang
dianalisa dengan perusahaan lain.
D.
Rasio-Rasio Keuangan Metode Z-Score (Altman)
Metode Z-Score (Altman) menggunakan berbagai
rasio untuk menciptakan alat prediksi kesulitan. Karakteristik rasio tersebut
digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan kesulitan keungan masa depan.
Kesulitan keungan tersebut akan tergambar pada rasio-rasio yang telah
diperhitungkan. Terdapat lima rasio-rasio keungan yang digunakan dalam metode
ini.
Rasio-rasio keuangan yang digunakan
dalam metode Z-Score (Altman), salah satu diantaranya dikemukakan oleh Darsono,
dkk. (2004:106) di bawah ini.
WCTA (Working capital to total
asset atau modal kerja dibagi total aset), RETA (Retained earning to
total asset atau laba ditahan dibagi total aktiva), EBITTA (Earning
before interest and taxes to total asset atau laba sebelum pajak dan bunga
dibagi total aktiva), MVEBVL (Market value of equity to book value of
liability atau nilai pasar sekuritas dibagi dengan nilai buku utang), dan
STA (Sales to total asset atau penjualan dibagi total aktiva).
Rasio-rasio ini digunakan khusus
untuk perusahaan manufaktur yang go public. Perubahan rasio terjadi pada rasio
MVEBVL (Market value of equity to book value of liability atau nilai
pasar sekuritas dibagi dengan nilai buku utang) menjadi BVEBVL (Book Value
of equity to book value og liability atau nilai buku modal dibagi dengan
nilai buku utang) yang digunakan untuk perusahaan manufaktur yang tidak go
public, karena perusahaan jenis ini tidak memiliki nilai pasar untuk
ekuitasnya.
E. Metode Pendekatan Peramalan
Kebangkrutan
Dalam penelitiannya Altman (1968)
mengambil satu sampel yang terdiri dari 66 perusahaan manufaktur setengah
diantaranya mengalami bangkrut. Altman memperoleh 22 rasio keuangan, dimana 5
diantaranya ditemukan paling berkontribusi pada model prediksi. Fungsi
diskriminan yang ditemukan Altman pada tahun 1968 itu adalah sebagai berikut :
Z1 = 0,012X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1.0X5
Dimana:
X1 = Modal kerja/total aktiva
X2 = Laba yang ditahan/total aktiva
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak/total aktiva
X4 = Nilai pasar modal saham/Nilai buku total
hutang
X5 = Penjualan/total asset
Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah
banyaknya perusahaan yang tidak Go public, dengan demikian tidak mempunyai
nilai dasar. Altman kemudian mengembangkan model alternatif dengan menggantikan
nilai pasar menjadi nilai buku. Dengan demikian model tersebut dapat dipakai untuk
perusahaan yang Go public dan tidak Go public. Persamaan yang diperoleh dengan
cara semacam ini adalah sebagai berikut :
Z= 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,42X4 + 0,958X5
Dari rumus di atas
dapat diketahui bahwa analisis diskriminan memuat 5 unsur yaitu X1 sampai X5,
dimana:
X1 = Menyimpulkan
bahwa suatu perusahaan yang berpotensi gagal mulai berkurang investasinya untuk aktiva lancar. jadi bila
dalam beberapa tahun investasi terhadap 5 aktiva lancarnya
mengalami penurunan terus menerus maka perlu diwaspadi mengenai X1 yang
merupakan unsur kebangkrutan.
X2 =
Indikator profitabilitas kumulatif yang relatif terhadap penyusunan
waktu, maka ini mengisyaratkannya bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin
besar kemungkinannya untuk bangkrut, tetapi tidak menutup kemungkinan
perusahaan yang besarpun mengalami kebangkrutan.
X3 = Mencerminkan keseluruhan kekuatan perusahaan
dalam mendatangkan pendapatan, melemahnay faktir ini merupakan indikator
terbaik akan hadirnya kebangkrutan, karena berjalannya suatu perusahaan
bergantung juga pada laba yang diperoleh perusahaan.
X4 =Mengembangkan
solvabilitas/kemampuan finansial jangka panjang dari suatu perusahaan.
X5 = Menunjukkan
rasio perputaran modal yang menunjukkan besar kecilnya kemampuan manajemen
untuk menjual aset-aset perusahaan atau bisa dikatakan seberapa jauh kemampuan
aktiva menciptakan penjualan.
Dalam laporannya Altman menempatkan perusahaan
menjadi dua kategori yaitu yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Dari hasil
penelitian tersebut diperoleh nilai Z rata-rata kelompok perusahaan yang
bangkrut sebesar –0,2599 dan rata-rata untuk perusahaan yang tidak bangkrut
sebesar 4,8863. Sebagai patokan untuk mengkalsifikasikan perusahaan yang
dipilih batas nilai Z sebesar 2,675 sebagai nilai kritis yang merupakan
klasifikasi umum. Jadi perusahaan dengan skor nilai Z yang lebih besar
diklasifikasikan sebagai perusahaan yang tidak pailit dan skor nilai Z yang
kurang dari 2,675 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang bangkrut (Weston
& Copeland, 1995:289).
Titik cutoff model Altman berdasarkan nilai pasar
adalah:
Nilai z score
Keterangan
· ≤ 1,81 :
Perusahaan tidak sehat
· 1,81-2,90
: Perusahaan dalam kondisi
rawan
· >2,90 :
Perusahaan sehat
Manfaat analisis diskriminan Altman
a. Analisis kredit
(credit analysis): Pihak perbankan dapat mempergunakan analisis ini untuk
menilai kesehatan calon debiturnya dalam analisis pemberian kredit.
b. Analisis
investasi: Para investor dapat menggunakan analisis ini untuk menilai potensi
kegagalan atau prospek dari perusahaan yang diminatinya.
c. Evaluasi
kelangsungan hidup perusahaan: Untuk mengetahui potensi perusahaan dalam
mempertahankan hidupnya.
III
PENUTUP
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh
peringatan awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut,
semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan
perbaikan-perbaikan, agar kebangkrutan tersebut benar-benar tidak terjadi pada
perusahaan dan perusahaan dapat mengantisipasi atau membuat strategi untuk
menghadapi jika kebangkrutan benar-benar menimpa perusahaan.
Definisi analisis diskriminan altman adalah
analisis diskriminasi yang menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan
klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang
bersifat apriori. Informasi tentang prediksi kebangkrutan
suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi beberapa kalangan, misalnya pihak
manajemen, investor, kreditor, dan pemakai lain seperti karyawan, analisis
keuangan, pialang saham, supplier, pemerintah (berkaitan dengan pajak) dan
Bapepam (berkaitan dengan perusahaan yang go publik). Dengan Fungsi
diskriminan yang ditemukan Altman pada tahun 1968 [Z1 = 0,012X1 +
1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1.0X5]. Tetapi timbul masalah yang menyebabkan Altman
kemudian mengembangkan model alternatif dengan menggantikan nilai pasar menjadi
nilai buku. Persamaan yang diperoleh dengan cara semacam ini adalah [Z= 0,717X1
+ 0,847X2 + 3,107X3 + 0,42X4 + 0,958X5], persamaan ini digunakan sampai saat
ini.
Daftar
Pustaka
- Darsono dan Ashari. 2004. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keungan. Semarang: Penerbit Andi.
- Muslich, Mohamad. 2000. Manajemen Keuangan Modern (Analisis, Perencanaan, dan Kebijaksanaan). Jakarta: Bumi Aksara.
- http://jurnalmanajemenn.blogspot.com
- http://jurnal-sdm.blogspot.com
- http://www.bibsonomy.org/user/gita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar