Cinta
Tak Terungkap
(oleh: Melisa Tarigan)
Masih teringat
jelas di mataku, ketika ku menemukanmu. Kau tersenyum padaku tak tahu entah
senyum apa. Di saat itu sebenarnya hatiku telah bergetar ketika melihat
wajahmu. Hatiku berkata ada sesuatu yang berbeda saat aku di dekatmu. Tapi
selalu kupungkiri akan rasa itu aku yakin ini hanya rasa yang belum terbiasa
aja. Hah... rasa yang belum terbiasa?? Aku bergumam sendiri. Emang ada ya rasa
yang telah terbiasa?? Aku terkekeh...
Kau gadis
kecilku yang lucu dan lugu. Selalu ceria, kaulah malaikat kecilku penghias
tidurku. Aku memang sangat menyayangimu melebihi dari apapun di dunia ini.
Untukmu aku rela melakukan apapun walau di suruh kejurangpun...asal bersamamu
aku rela. Hheheh agak –agak lebay ni pemikiranku.
Aku mengenalnya
semenjak aku berada di bangku Sekolah Menengah Pertama kelas 2. Hmhm... jadi
kalo ngeliat perempuan perasaanku jadi aneh, toh aku gak ngerti juga itu apa.
Maklum masi anak bau kencur. Saat itu bermula dari temanku mendorong aku dan
dia ikut terjatuh. Pastinya dia malu. Aku jadi bingung mau ngomong apa. Tapi
dengan senyum manisnya dia berdiri dan berkata”aduch..pelan-pelan dong. Uda
tahu aku kecil,tapi tetap aja disenggol. Akukan jatuh sakit tahu.”ujarnya
“maaf ea gak
sengaja” jawabku
Mulai saat itu
aku langsung tertarik padanya dan mulai
mencari siapa dia. Hmhm..tiap hari aku mulai nyapa dia dan becanda dengan dia.sebenarnya
aku menyadari aku telah jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Tapi aku
gak berani mengungkapkan itu semua.aku memutuskan untuk bersahabat terlabih
dahulu dengannya. Rela menjaganya dan membuat dia tersenyum Mulai lebay gitu.
Sok dekat sih awalnya. Tapi semua membuahkan hasil. Nyatanya dia jadi dekat kok
denganku hingga saat ini.
Aku sering
cengar-cengir kalo ingat tingkahnya. Lucu dan aneh
Tak terasa aku
mengenalnya,dekat dengannya selama 7 tahun. Bukan waktu yang singkat. Dan
selama itu juga aku memendam rasa itu. Berusaha memberi yang terbaik dan
berharap suatu saat dia akan merasakannya dan membalas cinta yang kuberi.Meski
beda sekolah tapi kami tetap dekat. Aku sering berkunjung kerumahnya begitu
juga dengan dia.
Dialah tempatku
menumpahkan segala keluh kesahku, selalu ada saat aku butuh dia.
Tiba-tiba
ponselku berdering...
“ia
bawel..kenapa? “ ujarku
“gak Cuma mau ngisengin
kakak aj? Ujarnya sambil mematikan ponselnya. Kebiasaan buruknya emang
Aku hanya
tersenyum.
Malam ini malam
minggu. Malam yang ditunggu-tunggu semua insan. Begitu juga denganku. Tapi kalo
orang mau ngapelin pacarnya , yahh..beda dengan aku yang Cuma mau ngapelin
sahabat aku sendiri. Orang yang udah aku anggap jadi adek aku sendiri. Dan
suatu saat berharap jadi pendamping hidupku. Hheheheh..
Malam ini aku
ingin kerumahnya, memberi kabar baik kalo aku akan kuliah di Jakarta. Aku
percaya dia pasti nangis darah karena gak rela aku pergi jauh. Kangen juga
ngeliat wajahnya yang manis dan narsis. Soalnya selama dia mengikuti tes masuk uninersitas kami jadi jarang ketemu. Aku
uda nyiapin coklat sebagai senjata jitu saat dia manyun nanti. Aku memang
selalu memperlakukan di seperti anak kecil, tragis memang karena dia memiliki
badan yang imut. Aku juga berniat akan ngungkapin perasaan yang telah lama
kupendam.Heheheh
Ketika sampai di
rumahnya, aku langsung duduk aja. Karena kata orang tuanya dia lagi mandi. Aku
nunggu dia sambil main games dengan adik laki-lakinya.
Sepuluh menit
kemudian dia datang, tapi entah kenapa saat melihatnya jantungku bergegup
kencang sama saat pertama kali bahkan melebihi saat pertama melihatnya. Aku
bengong..ibarat ayam kenak flu burung. Gak bergerak sama sekali. Aku hanya bisa
menatap dan menatap badanya yang imut dan wajahnya yang selalu tersenyum.
“kak..kok
bengong si??
“kak..kakak
kenapa.? Ujarnya membuyarkan lamunan ku
“oiaya,,gak papa
kok chacha” jawabku setengah terkejut.
Kami pun menuju
ruang depan dan mulai bercanda,berbagi cerita selama gak ketemu.
Entah kenapa aku
jadi gak berani buat pamitan kalau aku akan pergi jauh darinya. Aku gak sanggup
kalau harus berpisah dengannya. Kok aku yang jadi sedih gini ea. Padahal
niatnya ngeliat dia nangis merengek nyuruh jangan pergi. Dadaku semakin sesak
dengan semua ini. Rasa cinta yang telah berkarat di hatiku semakin menyiksa dan
melukai dinding bahkan telah menimbulkan virus rindu yang mematikan.
“kak..kakak tahu gak chacha lagi jatuh cinta lho sama teman chacha satu sekolah
dulu”ujarnya
Pakkk....ibarat
tamparan keras di hatiku. Sakit...perih dan aku jadi ketakutan.
“apa? Ternyata
chacha bisa jatuh cinta juga ea?”tanyaku sambil menutupi rasa kecewa.
“bisa dong, dia
tipe cowok idaman adek banget kak. Pengen deh dia jadi orang yang nemeni adek”
jawabnya
Dari penuturan
setiap kata yang ia kelurkan, ia begitu menyukai laki-laki itu hingga dia tak
dapat merasakan hadirku selama ini.
Besok pagi aku
akan pergi menuju kota tempat aku kuliah. Dengan berat kutekan nomor ponselnya.
Dan cerita aku akan pergi jauh. Dia nangis dan marah karena semua terasa
mendadak.
Pagi ini aku
emang benar-benar harus pergi dari dia. Sebelum pesawatku berangkat dia datang
dengan wajah kecewa, dia duduk tak bersuara. Tanpa berkata apa-apa aku
memeluknya untuk terakhir kalinya. Dia menangis di pelukanku. Tak rela aku akan
pergi darinya. Hatiku hancur melihat air matanya. Orang yang aku cinta selama 7
tahun harus aku tinggalkan. Cinta itu kini semakin merasuk ke hatiku. Tak ada
keberanian tuk mengungkapkan. Karena ku tahu kau telah memilih orang lain
sebagai penghuni di hatimu. Aku sakit dengan semua ini, tak rela melepasmu tapi
apa daya tak ada keberanian di hatiku tuk ungkap itu semua. Dia menangis
melepas kepergianku. Aku berusaha tegar di depannya. Padahal aku hancur
berkeping-keping.
Setiba ditempat
tujuanku, aku semakin rapuh karena hidup tanpa dia. Aku berusaha bangkit dari
itu semua. Berusaha membangun serpihan hidupku. Sebulan kemudian chacha memberi
kabar bahwa kini dia telah hidup bersama dengan lelaki yang ia dambakan.
Air mataku
menetes, hatiku seperti ditusuk duri. Cintaku hilang, cintaku lenyap. Mungkin
sampai matipun cinta ini tak akan terungkap kecuali Tuhan membuka dunia baru
bagiku dan bagimu.
Hidupku hancur,
hidupku mati tanpanya. Tapi aku sadar ini semua demi bahagianya. Aku rela walau
aku yang harus tersakiti. Byarlah rasa ini tetap kupendam hingga akhir hayat
asal dia bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar