selamat datang di rumah singgah penambah pengetahuan

SelaMat daTang di ruMah Singgah Penambah peNgeTahuan

Rabu, 30 Januari 2013

Mimpi kiTa



MIMPI QT
By:Melissa Tarigan
Manusia mana yang tak ingin terlahir di keluarga yang bahagia, hidup belimpah materi, memiliki segala yang ia inginkan. Siapa yang tak ingin bahagia, memiliki kekasih yang tampan, pintar dan kaya.  Tapi inilah aku....
Gadis yang  terlahir dari keluarga sederhana, jauh dari sosok seorang ayah, hidup dalam kekurangan dan jauh dari berlimpah materi. Segalanya butuh perjuangan.
Orang boleh berkata aku orang yang beruntung, karena selalu terlihat ceria dan selalu menjadi yang terdepan dalam bidang akademik. Padahal semua prestasi ku semata-mata untuk menyenangkan hati ibu yang selalu memperjuangkan kami anak-anak nya. Hidup berjuang sendiri tak membuat bunda mengasuh kami secara keras tapi dia mengajarakan arti hidup ini dengan mendidik kami selalu berucap syukur.
Aku bangga memiliki ibu yang tegar, selalu terlihat kuat di depan anak-anaknya walau sebernarnya dia lelah dengan hidup ini.
Satu janji dalam hidupku yaitu akan membahagiakan ibu dimasa tuanya. Karena tanpa kasih sayang dari dia aku tak akan mungkin berada di sini saat ini.
Tak jarang hidup kami di olok-olok oleh keluarga besar kami,tapi ibu selalu berkata bukan apa-apa. Mungkin dulu ia, tapi sekarang aku sudah mengerti arti hidup ini. Aku kini tumbuh menjadi  gadis berusia 18 tahun yang siap melihat kekejaman dunia dan realita hidup ini.
Bukan hanya latar belakang hidup yang kurang beruntung, tapi Tuhan memberi ujian yang harus kami hadapi,aku masi ingat ketika kakek yang selalu mendukungku, menguatkan ibu diambil oleh sang penguasa, bukan hanya itu berselang waktu  kemudian, Dia mengambil kakak satu-satu ku. Aku hancur karena kehilangan sosok yang selalu aku jadikan tempat berbagi waalu kadang kami sering saling cemburu satu sama lain. Sungguh tidak adil bagi ku.
Aku hampir kehilangan pegangan hidup ini, iman ku mulai goyah. Aku mulai meragukan kuasa Tuhan, karena dia mengambil segala yang ku punya, Dia tega aku melihat menderita.  Tapi Tuhan tak membiarakan aku jatuh dan lepas dari genggaman tanganNya. Dia menuntunku, membawa aku lebih dekat dengannya.
Kini aku sadar aku telah beranjak dewasa, aku punya banyak mimpi diluar sana yang mesti ku kejar dan kugapai bahkan harus kumiliki dan merubah hidup kami. Tak akan kubiarkan mereka menghalangi langkahku
“bagaimana hasil ujiannya??” tanya ibu padaku kala aku bangun tidur
Aku hanya tersenyum, karena aku yakin ibu pasti tahu hasilnya seperti apa dan tak akan menjadi hal yang luar biasa lagi karena dari Sekolah Dasar hingga aku SMA kelas 3 ini aku selalu berada di ranking 3 besar. “seperti biasa bu, x ini aku menduduki ranking 2 umum, nilainya ga ad beda dengan yang ranking 1. Tapi karena dia pengurus kelas, jadi dia dapat perlakuan lebih” jawabku
Ibu tersenyum  “semester depan kamu akan lulus dan ibu ingin mewujudkan impian kamu untuk kuliah, tapi dengan 1 syarat kamu harus kuliah di universitas negeri  dan gak boleh keluar dari daerah kita ini” ujar ibu
Semangatku langsung berkurang padahal aku berniat kuliah keluar dari daerah ini. Tapi alasan ibu membuat aku luluh. Dan keuangan kami juga tidak mendukung, awalnya tak ingin kuliah tapi aku sadar pendidikan merupakan jalan satu-satuny cara mengubah hidup ini.
Kumantapkan niatku untuk melangkah.
SMA ku berakhir, aku lulus dengan nilai yang memuaskan, membuat hati ibu senang. Seperti biasa sebelum melkuakn tes universitas biasanya orang-orang akan berbondong-bondong untuk menguikuti  bimbingan tes selama 1 bulan, kata mereka itu sangat membantu. Aku juga percaya itu bahkan mengamininya. Ibu menawarkan agar aku juga mengikutinya, tapi aku sadar dari mana uang akna membiayai itu semua, aku tidak akan tega untuk menambah beban ibu, dan bukan aku satu-satunya yang butuh biaya, aku masih memiliki seorang adik laki-laki yang akan juga melanjut ke SMA. Aku gak boleh egois, aku gak mungkin mengorbankan adik ku hanya untuk aku semata
Alasan ku untuk tidak mengikuti bimbingan diterima ibu. Hari-hariku mulai disibukkan dengan soal-soal. Mungkin orang membahas soal-soal di ruangan yang ber ac dan dengan teman-teman baru. Tapi aku hanya ditemani sepi . tapi aku tetap bersyukur dengan itu semua. Aku yakin Tuhan tak akan membirkan aku jatuh dalam kesedihan.
Waktu pun berlalu, tiba saat –saat yang ditunggu semua orang untuk memperebutkana kursi universitas negeri yang tak jarang diminati semua orang. Aku sedikit minder juga tapi orang terdekatku mencoba meyakinkan aku.
Aku pun mulai membuka lembaran soal, denga hati berdegup kubaca soal secara berlahan. Detik demi detik pun terlewatkan. Hingga tiba pengumpulan jawaban. Hari ujianpun usai hanya menunggu waktu pengumuman  saja. Aku berharap mengabulkan doaku dan juga keinginan orang tua ku.
Dan benar doa kami dijawab dan dikabulkan Tuhan , aku lulus di salah satu universitas negeri di daerahku, mungkin ini bukan universitas yang aku inginkan tapi semua ini semata-mata untuk menyenangkan hati ibu ku. Aku berusaha meyakinkan hatiku bahwa kesuksesan itu bukan tergantung dimana tempt kuliah tapi bagaimana cara kita berjuang untuk mnuju kesuksesan itu. Tentu ibu sangat senang dengan kabar ini.
Tapi satu hal yang membuat ku hancur adalah ketika orang yang aku sayangi yang sudah kuanggap sebagai saudara yang sudah menemani hidupku selama 5 tahun harus pergi jauh demi mengejar cita-citanya. Aku memaklumi itu semua tapi akankah aku sanggup menjalani hidup tanpa dia?? Aku tidak tahu apa yang akan terjadi bila hari-hariku tanpa dia. Satu janji yang dia katakan dia akan kembali untukku. Aku hanya bisa terdiam karena aku tahu ini juga demi kebaikannya. Dia sahabatku, kakak terbaikku...
SEMESTER PERTAMA Q
Udara panas mulai merasuk tubuhku, suara bising memekakan telingaku. Kini aku kembali hidup jauh dari ibu. Ini semua demi cita-citaku. Harapan terbesarku adalah membuat ibu bahagi semua untuk ibu dan hanya untuk ibu.
Aku seperti memasuki sebuah gerbang yang akan membawa aku kemasa depan yang cerah yang dapat mengabulkan semua mimpiku.  Bertemu dengan orang-orang baru dengan nuansa hidup baru dan cara hidup yang berbeda. Berat memang tapi aku yakin semua pasti berjalan dengan baik jika dijalani dengan ikhlas.
Aku memulai segalanya dengan semangat walau kadang aku jenuh, karena aku kehilangan orang yang slalu menemani hari-hariku yaitu sahabat ku andika. Sepulang dari kuliah aku langsung pulang ke kost dan tertidur, aku lelah dan kesepian.
Aku mulai jenuh dengan hidup sendiri, aku kesepian karena selama ini selalu ada yang menemaniku tap kini dia telh jauh dari hidupku membuat segalanya terasa hampa. Aku mulai memikirkan sesuatu yang dapat mengobati kesepianku. Satu hal yang terpikir oleh ku yaitu mencari kekasih baru. Yupzzz......mencari kekasih baru.
Tapi aku bingung harus mendapat pacar dari mana, bila kembali berhubungan dengan mantan aku kurang terpikat karena satu prinsip dalam hidupku tak akan ada kata balikan lagi. Aku mulai jenuh.....
Suatu malam ketika aku dan beberapa orang teman sedang keluar mencari angin segar, tiba-tiba pandanganku tertarik pada seorang lelaki yang tak aku kenali. Dia manis...ntah kenapa aku langsung mengaguminya. Sejak dari itu aku sering lewat dari jalan yang sama supaya bisa melihatnya. Hhahhahahh..... sungguh hal bodoh buat diriku, karena selama ini aku tak pernah seperti itu, selama ini lelakilah yang selalu mengejarku. Tapi x ini aku rela keluar tiap malam demi dia. Akulah pemujanya.
Teet...teeeett
Tiba-tiba telepon genggamku berdering, aku tersentak karena melamun. Aku melompat kegirangan karena yang menelpon adalah sahabat yang sangat aku sayangi yaitu kak andika. “amara apa kabar” tanyanya
“adek baik kak, kakak apa kabar ?? jawabku
Kamipun bercerita mengenai kuliah pertama kami yang agak sedikit menyebalkan dan saling mengungkapkan kerinduan kami yang terpendam akibat jarak dan waktu.
Hatiku sedikit terobati karena walaupun tak bisa bertemu dengannya paling tidak aku bisa mendengar suaranya yang memberi semangat di jawaku.
Waktu pun berlalu...
Kini aku menemukan seseorang yang bisa kujadikan sandaran sepiku bukan sandran hidupku, mudah bagiku mendapatkan mereka tanpa kusadari pada akhirnya aku melukai hati mereka. Tapi aku tak pernah berpikir mengenai itu yang penting sepi ku terobati. Aku memang tak pernah menghargai cinta seorang lelaki karena aku tak pernah percaya dengan kata manis mereka, selin itu karena aku kecewa pada ayahku. Namanya John. Dia sangat menyayangiku, tapi tidak bagi diriku, dia hanya obat penawar sepi. Dia memang tak pernah tahu karena dia juga merasa aku sangat menyayangi dirinya. Jika dipikirkan aku memang jahat bahkan sangat sadis rela menyakiti orang lain hanya untuk keahagiaan semata.
Pangeran pujaanku hilang entah kemana, beribu kalipun aku melewti tempat dia biasa nongkrong, tapi kami tak pernah bertemu. Lambat laun rasa kagumku luntur sudah terkikis deburan ombak rindu.
Hari-hariku kini kulewati bersama dengan John. Menyenangkan tapi tak sedikit pun merubah perasaanku padanya , ntah apa yang ada dalam benakku hingga hatiku sekeras ini menolak cinta suci yang ia berikan.
Aku mulai bosan dengan John, aku bosan dengan semua tentang dia. Aku mulai muak jika bertemu dengannya. Hingga kuputuskan meninggalkan dia dan mengakhiri cerita kami tanpa memikirkan perasaannya padaku. Aku sadar aku kejam tapi tak sedikit pun hatiku terbuka untuk dia. Yang ku tahu aku jenuh dan aku bosan semua mengenai dia. Tentu dia sangat terluka. Dia tak diam, dia berusaha meyakinkan aku bahwa dia bisa membahagiakan aku hingga akhir hayat nanti. Salah satu janji yang buat aku muak. Tak sepercik pun hatiku tertarik dengan itu semua karena aku memang sama sekali tak mencintai dia. Kadang aku berpikir apakah aku ini memiliki cinta atau tidak.
Setelah meninggalakan John, aku bertemu dengan seorang laki-laki yang kebetulan satu fakultas denganku. Dia nampaknya menarik dan pintar. Aku agak tertarik padanya tapi hanya sebatas teman. Aku tak pernah menduga dia secepat ini menyukai diriku. Namanya chandra.  Sebulan setelah kami bertemu dia mengungkapakan perasaannya padaku. Aku menerima dia dengan alasan yang sama saat aku menerima John. Aku tahu itu pasti menyakitakn bagi dia. Tapi ntah mengapa sedikitpun aku tak berpikir untuk merubah itu semua.
Jika dipirkan bersama chandra jauh lebih menyengkan dibanding dengan bersam John. Tapi hubungan yang kami jalani harus secara sembunyi-sembunyi karena dengan alasan tak ingin banyak omongan orang lain.
Tak terasa kini aku telah menginjakan kaki disemester dua. Hal yang luar biasa karena nilai yang aku dapatkan cukup baik walaupun tak memuaskan. Karena bagi pemul itu merupakan hal yang wajar.
Hari-hari yang aku jalan kini sedikit disibukkan dengan kegiatan organisasi. Tapi hari ini aku sedikit bahagia karena acara yang diadakan di kampus menarik perhatianku, yaitu acara paskah. Dengan gerak semangat aku pun menuju kampus. Sesampai dikampus aku langsung mengisi daftar hadir, aku suka acara ini karena aku bisa mendekatkan diri pada Tuhan.
Deeegg.....
Hatiku tersentak... bagaimana mungkin pada hari yang spesial ini aku juga bertemu dengan orang yang spesial juga, pangeran pujaanku. Ternyata selama ini kami satu fakultas haya beda jurusan saja. Aku meloncat kegirangan. Tapi aku bingung bagaimana cara memulai untuk bisa dekat dengannya. Aku jadi gregetan, jantungku berdegup kencang. Inikah yang dinamakan jatuh cinta???? Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya.
Ketika didalam ruangan aku duduk dekat dengan dia, aku pun memulai perkenakalan kami dengan menyapa dia. “stambuk berapa??” tanyaku
“owh...aku stambuk 2011, sama kok kaya kamu” jawabnya sambil tersenyum
Aku jadi salah tingkah”owh..ia ya...tapi kok ga pernah ketemu ea “ tanyaku
Dia tersenyum”mungkin kamu tak terlalu memperhatikan, aku sering kok ngeliat kamu, malah setiap hari kelas kita deketan, makanya aku tahu kalau ternyata kita itu satu stambuk. Oiya...nama kamu siapa???” tanyanya.
Aku tersenyum karena kesenengan ternyata dia memperhatikan diriku juga”Amara” jawabku “Radith” jawabnya.
Acara pun dimulai,,kami sama-sama menikmati acara itu. Hingga tak terasa acara pun selesai. Kami pun berpisah tanpa saling tahu alamat masig-masing.
Pagi ni....
Aku agak sedikit malas ke kampus karena suasana hati yang tak enak. Ada sedikit masalah denga chandra. Dia cemburu pada orang lain karena melihat aku dengan temanku sendiri. Aku agak males jika harus membahas mengenai hubungan kami.
Dengan sedikit malas aku melangkah menuju kampus, dan benar saja kelas tempatku kuliah dekat dengan tempat radith. Aku jadi semangat lagi. Dia tersenyum. Hatiku jadi berbunga-bunga. Tapi satu hal yang ku tahu aku hanya mengaguminya karena dia mirip dengan kak andika sahabatku. Aku tak perna berniat memilikinya, karena aku mulai percaya dengan chandra...cinta yang ia tanam mulai tumbuh dihatiku. Tapi seiring dengan waktu dia berubah. Aku tak pernah tahu apa penyebab dia berubah. Seingatku aku yak ada salah. Dia mulai menarik diri, mulai bungkam, mulai mengecewakanku dan sering kali membuat aku marah. Aku mulai sadar mungkin ini salah satu caranya untuk menghindariku. Aku tetap bertahan. Tapi tiada guna , dia tetap berubah menjadi orang yang tak kukenal lagi,
Hubunganku dengan Radith kian hari semakin dekat. Dia anak yang menyenangkan dan lucu. Dia mampu menghiburku, menghilangakan laraku. Dan seperti pikiranku dia memang memiliki kekasih, dari itu ras kagumku sedikit luntur karena aku gak mau menanam bibit cinta pada orang yang telah mempunyai kekasih dan aku gak mau dicap perebut pacar orang. Dari itu aku memang memutuskan hanya mengagumi dia sebatas sahabat.
Aku mulai melupakan segalanya, aku lebih fokus pada kuliahku. Karena ini merupakan saar-saat untuk menentukan nilai. Aku melupakan chandra dan juga radit.
Ujiankupun sukses, aku memperoleh nilai yang hampir sempurna. Itu membuat ibu senang dan bangga padaku. Aku bahagia karena membuat ibu tertawa. Satu hal yang selalu kuimpikin, melihat tawanya.
Tapi semua diluar kendaliku, aku pun berakhir dengan chandra, karena sebagaimana kuatnya pun aku mempertahankan dia, dia akan tetap lepas juga dari genggamanku. Aku sedikit kecewa tapi kuyakin ini yang terbaik. Tak ingin lagi membuka hati buat orang lain karena aku sudah lelah.
Dedaunan pun berjatuhan dari pohonnya, tanah yang kering merindukan tururnnya hujan membasahi tanah. Kubuka mataku meyakinkan hidup ini masih panjang masih banyak hal yang harus kuperjuangkan. Masih banyak janji yang belum kupenuhi.
Hatiku sedikit hancur ketika tahu hubungan radith juga kandas ditengah jalan. Aku bingung apa rencana Tuhan dibalik ini semua. Kian hari kami semakin dekat. Banyak kesamaan yang ada diantara kami, tapi itu semua semakin membuat ku takut. Kami memutuskan untuk saling mengenal terlebih dahulu sebelum menuju kearah yang lebih serius agar tak ada penyesalan dikemudian hari.
Hari-hari yang kujalani kini hanya sendiri tanpa ditemani sang pujaan hati, kini aku telah terbiasa hidup sendiri berkat radit. Dari dirinya aku belajar banyak mengenai arti cinta yang sesungguhnya.  Semua butuh proses agar tak ada penyesalan.
Kami bermimpi untuk mencerdaskan hidup anak bangsa. Detik dentingan waktu yang kami jalani penuh dengan perjuangan, tanpa pernah lagi membahas mengenai perasaan kami. Karena itu sudah tak berguna lagi. Bagi kami yang terpentimg adalh membahagiakan orang tua kami.
Tak terasa kini, masa kuliah kami selesai....
Kini kami telah menyandang gelar sarjana yamg siap mengabdi bagi negara, yaitu mencerdaskan anak-anak bangsa. Itulah pertemuan terakhir ku dengan radith ketika kami dinobatkan menjadi sarjana. Hancur hatiku ketika sadar kami akan berpisah. Hingga tak menyadari air mata ku jatuh. Yang kuingat adalah MIMPI KITA YANG PERNAH KITA LUKIS YAITU KITA AKAN BERSANDING.  Tapi semua tinggal hanya mimpi, tiga tahun menunggu tanpa ada kepastian dari mulutmu. Tapi aku senantiasa berdoa untuk kebahagianmu. Aku lulus dengan nilai memuaskan. Ibu sangat bangga dengan ini semua.
2 tahun kemudian.....
Aku tersenyum karena janji ku membahagiakan ibu tercapai.ayah pun akhirnya kembali pada kami. Aku sangat bahagia..
Tapi sampai saat ini aku tak pernah mendengar kabar mengenai Radith, ataukah dia sudah memiliki pendamping hidup dan suasana rumah yang ramai dengan suara tangisan seperti mimpinya dulu. Tanpa kusadari pipiku ternyata basah berlinang air mata.
Kini aku telah mengabdi disalah satu universitas negeri ditempat aku kuliah dulu. aku menyukainya karena setiap sudutnya mengingatkanku kenangan tentang Radith, walau kadang membuat aku sakit hati. Aku melewati hari denga penuh keyakinan suatu saat pasti ada kabar dari dirinya.
Pagii...ini aku sedikit direpotkan dengan undangan untuk menjadi pembicara disalah satu seminar disalah satu gereja didaerah kami.
aku bersemangat karena aku rindu berbagi ilmu dengan anak-anak yang mau hidup maju. Seminarnya menarik dan ditanggapi secara antusias. Tapi aku sangat terkejut ketika bertatap muka dengan seorang pria. Di seperti yang kukenal dan bahkan sangat dekat dengannya. Ia.... aku ingat di Radith yang pernah kupuja semasa bangku kuliah. Aku tak mampu berbicara  karena tak menyaka kami akan bertemu lagi.
Tapi.....
Aku sedikit kecewa karena seorang perempuan mendekatinya, dan memberinya sebotol minuman mineral. “Amara.....” teriaknya
“ehh....Radith” jawabku agak ketus. Karena dalam pikiranku dia sudah menikah dan teganya tanpa ada kabar sedikitpun.
Dia menarik tanganku dan berkata”amara kenalin adek ipar ku, adek duluan meri dari pada aku,,,eheheheh”
Aku tersentak karena sudah salah menilainya”aku tersenyum sambil berjabat tangan dengan perempuan itu”
“Aku menunggu amara, aku gak akan menikan kalau bukan dengan dirimu. Karena dari semula aku yakin kita emang ditakdirkan untuk bersama” ujarnya
Aku bahagi tak tak harus jawab apa...
Karena mimpi-mimpi yang pernah kami lukiskan dalam khayalan kini telah menjadi nyata...
Kini aku hidup dengan dia, menghabiskan sisa hidup kami bersama....
Jadi jangan pernah takut untuk bermimpi, kita hanya diminta untuk meminta dan menunggu jawabannya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar