MIMPI
QT
By:Melissa
Tarigan
Manusia mana yang tak
ingin terlahir di keluarga yang bahagia, hidup belimpah materi, memiliki segala
yang ia inginkan. Siapa yang tak ingin bahagia, memiliki kekasih yang tampan,
pintar dan kaya. Tapi inilah aku....
Gadis yang terlahir dari keluarga sederhana, jauh dari
sosok seorang ayah, hidup dalam kekurangan dan jauh dari berlimpah materi.
Segalanya butuh perjuangan.
Orang boleh berkata aku
orang yang beruntung, karena selalu terlihat ceria dan selalu menjadi yang terdepan
dalam bidang akademik. Padahal semua prestasi ku semata-mata untuk menyenangkan
hati ibu yang selalu memperjuangkan kami anak-anak nya. Hidup berjuang sendiri
tak membuat bunda mengasuh kami secara keras tapi dia mengajarakan arti hidup
ini dengan mendidik kami selalu berucap syukur.
Aku bangga memiliki ibu
yang tegar, selalu terlihat kuat di depan anak-anaknya walau sebernarnya dia
lelah dengan hidup ini.
Satu janji dalam
hidupku yaitu akan membahagiakan ibu dimasa tuanya. Karena tanpa kasih sayang
dari dia aku tak akan mungkin berada di sini saat ini.
Tak jarang hidup kami
di olok-olok oleh keluarga besar kami,tapi ibu selalu berkata bukan apa-apa.
Mungkin dulu ia, tapi sekarang aku sudah mengerti arti hidup ini. Aku kini
tumbuh menjadi gadis berusia 18 tahun
yang siap melihat kekejaman dunia dan realita hidup ini.
Bukan hanya latar
belakang hidup yang kurang beruntung, tapi Tuhan memberi ujian yang harus kami
hadapi,aku masi ingat ketika kakek yang selalu mendukungku, menguatkan ibu
diambil oleh sang penguasa, bukan hanya itu berselang waktu kemudian, Dia mengambil kakak satu-satu ku.
Aku hancur karena kehilangan sosok yang selalu aku jadikan tempat berbagi waalu
kadang kami sering saling cemburu satu sama lain. Sungguh tidak adil bagi ku.
Aku hampir kehilangan
pegangan hidup ini, iman ku mulai goyah. Aku mulai meragukan kuasa Tuhan,
karena dia mengambil segala yang ku punya, Dia tega aku melihat menderita. Tapi Tuhan tak membiarakan aku jatuh dan
lepas dari genggaman tanganNya. Dia menuntunku, membawa aku lebih dekat
dengannya.
Kini
aku sadar aku telah beranjak dewasa, aku punya banyak mimpi diluar sana yang
mesti ku kejar dan kugapai bahkan harus kumiliki dan merubah hidup kami. Tak
akan kubiarkan mereka menghalangi langkahku
“bagaimana hasil ujiannya??”
tanya ibu padaku kala aku bangun tidur
Aku hanya tersenyum,
karena aku yakin ibu pasti tahu hasilnya seperti apa dan tak akan menjadi hal
yang luar biasa lagi karena dari Sekolah Dasar hingga aku SMA kelas 3 ini aku
selalu berada di ranking 3 besar. “seperti biasa bu, x ini aku menduduki
ranking 2 umum, nilainya ga ad beda dengan yang ranking 1. Tapi karena dia
pengurus kelas, jadi dia dapat perlakuan lebih” jawabku
Ibu tersenyum “semester depan kamu akan lulus dan ibu ingin
mewujudkan impian kamu untuk kuliah, tapi dengan 1 syarat kamu harus kuliah di
universitas negeri dan gak boleh keluar
dari daerah kita ini” ujar ibu
Semangatku langsung
berkurang padahal aku berniat kuliah keluar dari daerah ini. Tapi alasan ibu
membuat aku luluh. Dan keuangan kami juga tidak mendukung, awalnya tak ingin
kuliah tapi aku sadar pendidikan merupakan jalan satu-satuny cara mengubah
hidup ini.
Kumantapkan niatku
untuk melangkah.
SMA ku berakhir, aku
lulus dengan nilai yang memuaskan, membuat hati ibu senang. Seperti biasa
sebelum melkuakn tes universitas biasanya orang-orang akan berbondong-bondong
untuk menguikuti bimbingan tes selama 1
bulan, kata mereka itu sangat membantu. Aku juga percaya itu bahkan
mengamininya. Ibu menawarkan agar aku juga mengikutinya, tapi aku sadar dari
mana uang akna membiayai itu semua, aku tidak akan tega untuk menambah beban
ibu, dan bukan aku satu-satunya yang butuh biaya, aku masih memiliki seorang
adik laki-laki yang akan juga melanjut ke SMA. Aku gak boleh egois, aku gak
mungkin mengorbankan adik ku hanya untuk aku semata
Alasan ku untuk tidak
mengikuti bimbingan diterima ibu. Hari-hariku mulai disibukkan dengan
soal-soal. Mungkin orang membahas soal-soal di ruangan yang ber ac dan dengan
teman-teman baru. Tapi aku hanya ditemani sepi . tapi aku tetap bersyukur
dengan itu semua. Aku yakin Tuhan tak akan membirkan aku jatuh dalam kesedihan.
Waktu pun berlalu, tiba
saat –saat yang ditunggu semua orang untuk memperebutkana kursi universitas
negeri yang tak jarang diminati semua orang. Aku sedikit minder juga tapi orang
terdekatku mencoba meyakinkan aku.
Aku pun mulai membuka
lembaran soal, denga hati berdegup kubaca soal secara berlahan. Detik demi
detik pun terlewatkan. Hingga tiba pengumpulan jawaban. Hari ujianpun usai
hanya menunggu waktu pengumuman saja.
Aku berharap mengabulkan doaku dan juga keinginan orang tua ku.
Dan benar doa kami
dijawab dan dikabulkan Tuhan , aku lulus di salah satu universitas negeri di
daerahku, mungkin ini bukan universitas yang aku inginkan tapi semua ini semata-mata
untuk menyenangkan hati ibu ku. Aku berusaha meyakinkan hatiku bahwa kesuksesan
itu bukan tergantung dimana tempt kuliah tapi bagaimana cara kita berjuang
untuk mnuju kesuksesan itu. Tentu ibu sangat senang dengan kabar ini.
Tapi satu hal yang membuat
ku hancur adalah ketika orang yang aku sayangi yang sudah kuanggap sebagai
saudara yang sudah menemani hidupku selama 5 tahun harus pergi jauh demi
mengejar cita-citanya. Aku memaklumi itu semua tapi akankah aku sanggup
menjalani hidup tanpa dia?? Aku tidak tahu apa yang akan terjadi bila
hari-hariku tanpa dia. Satu janji yang dia katakan dia akan kembali untukku.
Aku hanya bisa terdiam karena aku tahu ini juga demi kebaikannya. Dia
sahabatku, kakak terbaikku...
SEMESTER PERTAMA Q
Udara panas mulai
merasuk tubuhku, suara bising memekakan telingaku. Kini aku kembali hidup jauh
dari ibu. Ini semua demi cita-citaku. Harapan terbesarku adalah membuat ibu
bahagi semua untuk ibu dan hanya untuk ibu.
Aku seperti memasuki
sebuah gerbang yang akan membawa aku kemasa depan yang cerah yang dapat
mengabulkan semua mimpiku. Bertemu
dengan orang-orang baru dengan nuansa hidup baru dan cara hidup yang berbeda.
Berat memang tapi aku yakin semua pasti berjalan dengan baik jika dijalani
dengan ikhlas.
Aku memulai segalanya
dengan semangat walau kadang aku jenuh, karena aku kehilangan orang yang slalu
menemani hari-hariku yaitu sahabat ku andika. Sepulang dari kuliah aku langsung
pulang ke kost dan tertidur, aku lelah dan kesepian.
Aku mulai jenuh dengan
hidup sendiri, aku kesepian karena selama ini selalu ada yang menemaniku tap
kini dia telh jauh dari hidupku membuat segalanya terasa hampa. Aku mulai
memikirkan sesuatu yang dapat mengobati kesepianku. Satu hal yang terpikir oleh
ku yaitu mencari kekasih baru. Yupzzz......mencari kekasih baru.
Tapi aku bingung harus
mendapat pacar dari mana, bila kembali berhubungan dengan mantan aku kurang
terpikat karena satu prinsip dalam hidupku tak akan ada kata balikan lagi. Aku
mulai jenuh.....
Suatu malam ketika aku
dan beberapa orang teman sedang keluar mencari angin segar, tiba-tiba
pandanganku tertarik pada seorang lelaki yang tak aku kenali. Dia manis...ntah
kenapa aku langsung mengaguminya. Sejak dari itu aku sering lewat dari jalan
yang sama supaya bisa melihatnya. Hhahhahahh..... sungguh hal bodoh buat
diriku, karena selama ini aku tak pernah seperti itu, selama ini lelakilah yang
selalu mengejarku. Tapi x ini aku rela keluar tiap malam demi dia. Akulah
pemujanya.
Teet...teeeett
Tiba-tiba telepon
genggamku berdering, aku tersentak karena melamun. Aku melompat kegirangan
karena yang menelpon adalah sahabat yang sangat aku sayangi yaitu kak andika.
“amara apa kabar” tanyanya
“adek baik kak, kakak
apa kabar ?? jawabku
Kamipun bercerita
mengenai kuliah pertama kami yang agak sedikit menyebalkan dan saling
mengungkapkan kerinduan kami yang terpendam akibat jarak dan waktu.
Hatiku sedikit terobati
karena walaupun tak bisa bertemu dengannya paling tidak aku bisa mendengar
suaranya yang memberi semangat di jawaku.
Waktu pun berlalu...
Kini aku menemukan
seseorang yang bisa kujadikan sandaran sepiku bukan sandran hidupku, mudah
bagiku mendapatkan mereka tanpa kusadari pada akhirnya aku melukai hati mereka.
Tapi aku tak pernah berpikir mengenai itu yang penting sepi ku terobati. Aku memang
tak pernah menghargai cinta seorang lelaki karena aku tak pernah percaya dengan
kata manis mereka, selin itu karena aku kecewa pada ayahku. Namanya John. Dia
sangat menyayangiku, tapi tidak bagi diriku, dia hanya obat penawar sepi. Dia
memang tak pernah tahu karena dia juga merasa aku sangat menyayangi dirinya.
Jika dipikirkan aku memang jahat bahkan sangat sadis rela menyakiti orang lain
hanya untuk keahagiaan semata.
Pangeran pujaanku
hilang entah kemana, beribu kalipun aku melewti tempat dia biasa nongkrong,
tapi kami tak pernah bertemu. Lambat laun rasa kagumku luntur sudah terkikis
deburan ombak rindu.
Hari-hariku kini
kulewati bersama dengan John. Menyenangkan tapi tak sedikit pun merubah
perasaanku padanya , ntah apa yang ada dalam benakku hingga hatiku sekeras ini
menolak cinta suci yang ia berikan.
Aku mulai bosan dengan
John, aku bosan dengan semua tentang dia. Aku mulai muak jika bertemu
dengannya. Hingga kuputuskan meninggalkan dia dan mengakhiri cerita kami tanpa
memikirkan perasaannya padaku. Aku sadar aku kejam tapi tak sedikit pun hatiku
terbuka untuk dia. Yang ku tahu aku jenuh dan aku bosan semua mengenai dia.
Tentu dia sangat terluka. Dia tak diam, dia berusaha meyakinkan aku bahwa dia
bisa membahagiakan aku hingga akhir hayat nanti. Salah satu janji yang buat aku
muak. Tak sepercik pun hatiku tertarik dengan itu semua karena aku memang sama
sekali tak mencintai dia. Kadang aku berpikir apakah aku ini memiliki cinta
atau tidak.
Setelah meninggalakan
John, aku bertemu dengan seorang laki-laki yang kebetulan satu fakultas
denganku. Dia nampaknya menarik dan pintar. Aku agak tertarik padanya tapi
hanya sebatas teman. Aku tak pernah menduga dia secepat ini menyukai diriku.
Namanya chandra. Sebulan setelah kami
bertemu dia mengungkapakan perasaannya padaku. Aku menerima dia dengan alasan
yang sama saat aku menerima John. Aku tahu itu pasti menyakitakn bagi dia. Tapi
ntah mengapa sedikitpun aku tak berpikir untuk merubah itu semua.
Jika dipirkan bersama
chandra jauh lebih menyengkan dibanding dengan bersam John. Tapi hubungan yang
kami jalani harus secara sembunyi-sembunyi karena dengan alasan tak ingin
banyak omongan orang lain.
Tak terasa kini aku
telah menginjakan kaki disemester dua. Hal yang luar biasa karena nilai yang
aku dapatkan cukup baik walaupun tak memuaskan. Karena bagi pemul itu merupakan
hal yang wajar.
Hari-hari yang aku
jalan kini sedikit disibukkan dengan kegiatan organisasi. Tapi hari ini aku
sedikit bahagia karena acara yang diadakan di kampus menarik perhatianku, yaitu
acara paskah. Dengan gerak semangat aku pun menuju kampus. Sesampai dikampus
aku langsung mengisi daftar hadir, aku suka acara ini karena aku bisa
mendekatkan diri pada Tuhan.
Deeegg.....
Hatiku tersentak...
bagaimana mungkin pada hari yang spesial ini aku juga bertemu dengan orang yang
spesial juga, pangeran pujaanku. Ternyata selama ini kami satu fakultas haya
beda jurusan saja. Aku meloncat kegirangan. Tapi aku bingung bagaimana cara
memulai untuk bisa dekat dengannya. Aku jadi gregetan, jantungku berdegup kencang.
Inikah yang dinamakan jatuh cinta???? Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya.
Ketika didalam ruangan
aku duduk dekat dengan dia, aku pun memulai perkenakalan kami dengan menyapa
dia. “stambuk berapa??” tanyaku
“owh...aku stambuk
2011, sama kok kaya kamu” jawabnya sambil tersenyum
Aku jadi salah
tingkah”owh..ia ya...tapi kok ga pernah ketemu ea “ tanyaku
Dia tersenyum”mungkin
kamu tak terlalu memperhatikan, aku sering kok ngeliat kamu, malah setiap hari
kelas kita deketan, makanya aku tahu kalau ternyata kita itu satu stambuk.
Oiya...nama kamu siapa???” tanyanya.
Aku tersenyum karena
kesenengan ternyata dia memperhatikan diriku juga”Amara” jawabku “Radith”
jawabnya.
Acara pun dimulai,,kami
sama-sama menikmati acara itu. Hingga tak terasa acara pun selesai. Kami pun
berpisah tanpa saling tahu alamat masig-masing.
Pagi ni....
Aku agak sedikit malas
ke kampus karena suasana hati yang tak enak. Ada sedikit masalah denga chandra.
Dia cemburu pada orang lain karena melihat aku dengan temanku sendiri. Aku agak
males jika harus membahas mengenai hubungan kami.
Dengan sedikit malas
aku melangkah menuju kampus, dan benar saja kelas tempatku kuliah dekat dengan
tempat radith. Aku jadi semangat lagi. Dia tersenyum. Hatiku jadi
berbunga-bunga. Tapi satu hal yang ku tahu aku hanya mengaguminya karena dia
mirip dengan kak andika sahabatku. Aku tak perna berniat memilikinya, karena
aku mulai percaya dengan chandra...cinta yang ia tanam mulai tumbuh dihatiku.
Tapi seiring dengan waktu dia berubah. Aku tak pernah tahu apa penyebab dia
berubah. Seingatku aku yak ada salah. Dia mulai menarik diri, mulai bungkam,
mulai mengecewakanku dan sering kali membuat aku marah. Aku mulai sadar mungkin
ini salah satu caranya untuk menghindariku. Aku tetap bertahan. Tapi tiada guna
, dia tetap berubah menjadi orang yang tak kukenal lagi,
Hubunganku dengan
Radith kian hari semakin dekat. Dia anak yang menyenangkan dan lucu. Dia mampu
menghiburku, menghilangakan laraku. Dan seperti pikiranku dia memang memiliki
kekasih, dari itu ras kagumku sedikit luntur karena aku gak mau menanam bibit
cinta pada orang yang telah mempunyai kekasih dan aku gak mau dicap perebut
pacar orang. Dari itu aku memang memutuskan hanya mengagumi dia sebatas
sahabat.
Aku mulai melupakan
segalanya, aku lebih fokus pada kuliahku. Karena ini merupakan saar-saat untuk
menentukan nilai. Aku melupakan chandra dan juga radit.
Ujiankupun sukses, aku
memperoleh nilai yang hampir sempurna. Itu membuat ibu senang dan bangga
padaku. Aku bahagia karena membuat ibu tertawa. Satu hal yang selalu kuimpikin,
melihat tawanya.
Tapi semua diluar
kendaliku, aku pun berakhir dengan chandra, karena sebagaimana kuatnya pun aku
mempertahankan dia, dia akan tetap lepas juga dari genggamanku. Aku sedikit
kecewa tapi kuyakin ini yang terbaik. Tak ingin lagi membuka hati buat orang
lain karena aku sudah lelah.
Dedaunan pun berjatuhan
dari pohonnya, tanah yang kering merindukan tururnnya hujan membasahi tanah.
Kubuka mataku meyakinkan hidup ini masih panjang masih banyak hal yang harus
kuperjuangkan. Masih banyak janji yang belum kupenuhi.
Hatiku sedikit hancur
ketika tahu hubungan radith juga kandas ditengah jalan. Aku bingung apa rencana
Tuhan dibalik ini semua. Kian hari kami semakin dekat. Banyak kesamaan yang ada
diantara kami, tapi itu semua semakin membuat ku takut. Kami memutuskan untuk
saling mengenal terlebih dahulu sebelum menuju kearah yang lebih serius agar
tak ada penyesalan dikemudian hari.
Hari-hari yang kujalani
kini hanya sendiri tanpa ditemani sang pujaan hati, kini aku telah terbiasa
hidup sendiri berkat radit. Dari dirinya aku belajar banyak mengenai arti cinta
yang sesungguhnya. Semua butuh proses
agar tak ada penyesalan.
Kami bermimpi untuk
mencerdaskan hidup anak bangsa. Detik dentingan waktu yang kami jalani penuh
dengan perjuangan, tanpa pernah lagi membahas mengenai perasaan kami. Karena
itu sudah tak berguna lagi. Bagi kami yang terpentimg adalh membahagiakan orang
tua kami.
Tak terasa kini, masa
kuliah kami selesai....
Kini kami telah
menyandang gelar sarjana yamg siap mengabdi bagi negara, yaitu mencerdaskan
anak-anak bangsa. Itulah pertemuan terakhir ku dengan radith ketika kami
dinobatkan menjadi sarjana. Hancur hatiku ketika sadar kami akan berpisah.
Hingga tak menyadari air mata ku jatuh. Yang kuingat adalah MIMPI KITA YANG
PERNAH KITA LUKIS YAITU KITA AKAN BERSANDING.
Tapi semua tinggal hanya mimpi, tiga tahun menunggu tanpa ada kepastian
dari mulutmu. Tapi aku senantiasa berdoa untuk kebahagianmu. Aku lulus dengan
nilai memuaskan. Ibu sangat bangga dengan ini semua.
2 tahun kemudian.....
Aku tersenyum karena
janji ku membahagiakan ibu tercapai.ayah pun akhirnya kembali pada kami. Aku
sangat bahagia..
Tapi sampai saat ini
aku tak pernah mendengar kabar mengenai Radith, ataukah dia sudah memiliki
pendamping hidup dan suasana rumah yang ramai dengan suara tangisan seperti
mimpinya dulu. Tanpa kusadari pipiku ternyata basah berlinang air mata.
Kini aku telah mengabdi
disalah satu universitas negeri ditempat aku kuliah dulu. aku menyukainya
karena setiap sudutnya mengingatkanku kenangan tentang Radith, walau kadang
membuat aku sakit hati. Aku melewati hari denga penuh keyakinan suatu saat
pasti ada kabar dari dirinya.
Pagii...ini aku sedikit
direpotkan dengan undangan untuk menjadi pembicara disalah satu seminar disalah
satu gereja didaerah kami.
aku bersemangat karena aku rindu berbagi ilmu dengan anak-anak yang mau hidup maju. Seminarnya menarik dan ditanggapi secara antusias. Tapi aku sangat terkejut ketika bertatap muka dengan seorang pria. Di seperti yang kukenal dan bahkan sangat dekat dengannya. Ia.... aku ingat di Radith yang pernah kupuja semasa bangku kuliah. Aku tak mampu berbicara karena tak menyaka kami akan bertemu lagi.
aku bersemangat karena aku rindu berbagi ilmu dengan anak-anak yang mau hidup maju. Seminarnya menarik dan ditanggapi secara antusias. Tapi aku sangat terkejut ketika bertatap muka dengan seorang pria. Di seperti yang kukenal dan bahkan sangat dekat dengannya. Ia.... aku ingat di Radith yang pernah kupuja semasa bangku kuliah. Aku tak mampu berbicara karena tak menyaka kami akan bertemu lagi.
Tapi.....
Aku sedikit kecewa
karena seorang perempuan mendekatinya, dan memberinya sebotol minuman mineral.
“Amara.....” teriaknya
“ehh....Radith” jawabku
agak ketus. Karena dalam pikiranku dia sudah menikah dan teganya tanpa ada
kabar sedikitpun.
Dia menarik tanganku
dan berkata”amara kenalin adek ipar ku, adek duluan meri dari pada aku,,,eheheheh”
Aku tersentak karena
sudah salah menilainya”aku tersenyum sambil berjabat tangan dengan perempuan
itu”
“Aku menunggu amara,
aku gak akan menikan kalau bukan dengan dirimu. Karena dari semula aku yakin
kita emang ditakdirkan untuk bersama” ujarnya
Aku bahagi tak tak
harus jawab apa...
Karena mimpi-mimpi yang
pernah kami lukiskan dalam khayalan kini telah menjadi nyata...
Kini aku hidup dengan
dia, menghabiskan sisa hidup kami bersama....
Jadi jangan pernah
takut untuk bermimpi, kita hanya diminta untuk meminta dan menunggu
jawabannya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar